Sabtu, 30 Januari 2010

Gerakan Tanah/ Tanah Longsor.

GERAKANTANAH/ TANAH LONGSOR

Gerakantanah adalah suatu proses perpindahan massa tanah/batuan dengan arah tegak, miring dari kedudukan semula karena pengaruh gravitasi, arus air atau beban dari luar. Gerakkantanah dapat terjadi apabla gaya yang meluncur lebih besar dari gaya penahan. Gaya yang menahan diantaranya adalah kuat geser dari batuan yang didalamnya ada unsure kohesi dan sudut dalam tahanan geser. Sedangkan gaya yang meluncur dipengaruhi oleh berat massa dan sudut lereng.

Berdasarkan bentuk, jenis dan mekanisme, gerakantanah dapat dibedakan menjadi beberapa klasifikasi, dengan menggunakan system berbeda antara lain di dasarkan pada:

a. Susunan massa yang pindah (Penk, 1924)

b. Apa yang tampak (Heim, 1932)

c. Kecepatan perpindahan (Stewart Sharpe, 1938)

d. Jenis material dan mekanisme gerakan (Varnes 1958, 1978)

Secara singkat uraian gerakan tanah yang terjadi pada gerakan tanah adalah sebagai berikut (sumber PPTP, Bandung):

1. Runtuhan (Fall)

Jenis gerakantanah ini bergerak dengan sedikit atau tanpa perpindahan geser antara material, lebih banyak bergerak melalui media udara dengan cara dengan cara jatuh bebas, meloncat atau mengelinding. Runtuhan biasanya terjadi pada lereng terjal sampai tegak, biasanya ini terjadi kaena adanya pemotongan lereng yang tidak memperhitungkan nilai kestabilan lerengnya.

2. Rebahan (Topples)

Jenis gerakantanah ini bergerak di bawah pengaruh momen putar dengan letak titik poros putaran di bawah titik pusat gravitasi masa. Biasanya terjadi pada batuan di lereng sangat terjal sampai tegak yang mempunyai bidang – bidang diskontinuitas hampir tegak, dipengaruhi oleh tekanan air pada retakan – retakan lebih sering terjadi pada lereng tanah.

3. Longsoran (Slide)

Jenis gerakantanah ini bergerak di sepanjang satu atau beberapa bidang lincir, longsoran ini dibedakan dalam 2 janis :

1. Longsoran Rotasi atau nendatan (Slump) longsoran ini bergerak pada bidang lincir berbentuk cekung, di bawah pengaruh gaya momen putar yang titik porosnya terletak di atas titik pusat gravitasi.

2. Gerakan dengan betuk blok atau pecahan masa koheren, baik batuan maupun tanah yang bergerak bersama bidang geser atau di atas material yang telah berubah bentuk akibat dari pembuburan (Liquified)atau aliran plastis dari material pada bagian bawah.

4. Pancaran Lateral (Lateral Spreed)

Jenis gerakantanah ini bergerak dengan cara translasi pada kemiringan landai sampai datar.

5. Aliaran (Flows)

Gerakantanah ini dapat terjadi pada batuan, tetapi lebih sering terjadi pada bahan rombakan atau tanah berbutir halus, aliran pada batuan dan pada bahan rombakan/tanah bergerak dengan mekanisme yang berbeda. Aliran biasanya terjadi pada bahan rombakan (debris), tanah berbutir halus (pasir halus, lanau, lempung) atau lempung yang membubur. Bentuk gerakantanah ini di bedakan menjadi aliran bahan rombakan (debris flow), aliran tanah (earth flow) dan aliran lumpur (mud flow).

6. Gabungan atau Kompleks

Gerakan tanah ini bergerak dengan mekanisme gabungan dari dua dari lima jenis gerakan yang telah diuraikan di atas. Banyak gerakantanah bersifat kompleks sehingga satu jenis gerakan biasanya berlanjut dengan gerakantanah jenis yang lainnya.

FAKTOR – FAKTOR TERJADINYA GERAKANTANAH

1. Hujan

Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar. Hal itu mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah permukaan.Ketika hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak sehingga tanah dengan cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan, intensitas hujan yang tinggi biasanya sering terjadi, sehingga kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat.Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui tanah yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepohonan di permukaannya, tanah longsor dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga akan berfungsi mengikat tanah.

2. Lereng terjal

Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180 apabila ujung lerengnya terjal dan bidang longsorannya mendatar.

3. Tanah yang kurang padat dan tebal

Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 m dan sudut lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan. Selain itu tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air dan pecah ketika hawa terlalu panas.

4. Batuan yang kurang kuat

Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir dan campuran antara kerikil, pasir, dan lempung umumnya kurang kuat. Batuan tersebut akan mudah menjadi tanah bila mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah longsor bila terdapat pada lereng yang terjal.

5. Jenis tata lahan

Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan, perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran lama.

6. Getaran

Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempabumi, ledakan, getaran mesin, dan getaran lalulintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan, lantai, dan dinding rumah menjadi retak.

7. Susut muka air danau atau bendungan

Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan lereng menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220 mudah terjadi longsoran dan penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.

8. Adanya beban tambahan

Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di sekitar tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan tanah dan retakan yang arahnya ke arah lembah.

9. Pengikisan/erosi

Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal.

10. Adanya material timbunan pada tebing

Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan tanah.

11. Adanya bidang diskontinuitas (bidang tidak sinambung)

Bidang tidak sinambung ini memiliki ciri:

Bidang perlapisan batuan ,Bidang kontak antara tanah penutup dengan batuan dasar Bidang kontak antara batuan yang retak-retak dengan batuan yang kuat. Bidang kontak antara batuan yang dapat melewatkan air dengan batuan yang tidak melewatkan air (kedap air). Bidang kontak antara tanah yang lembek dengan tanah yang padat ,Bidang-bidang tersebut merupakan bidang lemah dan dapat berfungsi sebagai bidang luncuran tanah longsor.

12. Penggundulan hutan

Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif gundul dimana pengikatan air tanah sangat kurang.

13. Daerah pembuangan sampah

Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah dengan guyuran hujan, seperti yang terjadi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Leuwigajah di Cimahi. Bencana ini menyebabkan sekitar 120 orang lebih meninggal.